begini
begini saja
ATM ini akan memakan kamu
lalu arus pendek
angkanya acak
aku ke dalam mesin ATM itu
tangan yang hijau
meremas-remas mesin
aku lalu gelembung
saya muntah saya puisi
aku mencoba duduk di jendela
menikmati lantai dua
sambil berpikir merenggut pinggangmu
kutemui di braga
genggam tanganmu
menjelma ratusan buku
“iya aku di depan landmark
lalu tenggelam dalam pameran buku
belum sempat lagi menemuimu
yang cemberut melulu”
sambil mengulas bibirmu
yang nyangkut di catatan kaki
gerimis, wajahmu, maukah kau lukis
dihamparan andesit yang kita sebrangi
barangkali wali-wali melukis
bangunan tua itu seperti doa
lalu kau potret setiap jendela
yang menghadap ke jalan
kuambil untuk membuka
tubuh kita yang
tanpa nama dan rahasia
Kompasiana, 26 Mei 2010