Senin, 21 April 2008

berlayar

kau menjelma dari getah kerinduan
menggenangi dengan sorot cahaya redup

seutas mendung menengok rupa dan kuncup
sudut giginya meradang kabut
mengunyah seribu hujan
mereguk setetes terik

awan kelabu selimut hati
membakar kebisuan
mendidihkan tubuh
mengelupaskan raga

tanahmu bergoyang
menari bersama retakan gersang

debu jalanan mengepal
mengikuti pijaran api
yang menggeliat gundah

deburannya bergulingan
bersama kerikil ombak
meyakinkan kita untuk berlayar



tandabaca.com (januari 2007)

3 komentar:

Kang Boim mengatakan...

berlayar dan mengapung
dihiasi ombak yang menggulung
bernafas dan tersesak
ditemani kabut asap
menangis dan menjerit
dalam retakan bumi
kau yang semakin tua dan renta
tetap sanggup terus berputar
dalam hias semu gemerlap dunia

dunia ni emang udah kacau, tapi yang kacau tu buminya apa para penguninya???????

Anonymous mengatakan...

wah bung, rupanya berlayar begitu sulit hingga lahirlah sebuah puisi..

MURDANI mengatakan...

angkat jangkarnya kapten
berlayar bersama
melepas kebisingan
aku ingin tergulung
dibawa pergi sang ombak
membiarkanmu bahagia
tanpa diriku

atau aku harus terbuai
dengan ketengan
yang dijanjikan kepulan asap